Monday, March 12, 2012

All Hope IS GONE


I absolutely understand you are already 18 years old, and able to differ which is good and which is in the contrary. Some words may be against the law or impolite accordingly with your faith, however, they are published under recognition of local court and emotionally acceptable, for some reasons...

Ogah ngomongin politik, namun dengan berat hati batasan ini dilanggar juga.
Keterpaksaan ini hasil dari kejengahan melihat tingkah laku poli-Tikus menjelang Pilkada. Pertarungan argumen, adu debat kebenaran dengan dalih kepentingan rakyat, menjadi makanan di harian media. Headline media kebanyakan disuguhi tampilan lay-out politik dengan judul-judul implisit yang mengundang pembaca untuk melek. Hari demi hari wajah-wajah 'mereka' di media seakan mengalahkan kapasitas jam terbang artis. Pembahasan bolak balik hingga balik ke bolak tak kunjung habis. Satu argumen dibantah dengan argumen lainnya, saling menjatuhkan, saling sodok, saling menyalahkan dengan menggunakan bahasa intelek.

Memang perdebatan politik sangat mengasyikkan bagi sebagian orang. tapi garis bawahi sekali lagi, 'sebagian orang'! Dan dari sebagian orang itu, satu dua adalah pemangku kepentingan pribadi atau kelompok, tiga atau empat anak buah, lima atau enam tim sukses, dan tujuh atau delapan simpatisan, sisa lainnya pemantau setia. Ada jaminan sebagian orang ini bekerja untuk rakyat? sepertinya iya jika mengutip simbol atau slogan mereka (baca:slogan)

Pernahkah terbayangkan oleh kalian? bahwa pemimpin yang selama ini terpilih hakikatnya adalah hasil dari pertarungan perdebatan kepentingan. Wow, apa tidak salah? memilih pemimpin dengan pertarungan calon-calon? Memang selayang pandang tidak buruk seperti halnya pertarungan fisik. Namun apapun itu, namanya pertarungan adalah ajang untuk mencari pemenang. Gesekan-gesekan pasti terjadi. Dan didunia politik, segala cara dihalalkan untuk menjadi pemenang. Again... apa tidak salah cara begini?

Pemenang pertarungan sumringah, euforia dengan kemenangan. Sedangkah yang kalah, ambil langkah lain sebagai penjegal, atau pengkritik, atau oposisi. Efeknya? pertarungan perdebatan kembali disajikan ke hadapan publik. Terang saja hal ini membawa dampak penyesalan bagi rakyat. Kapan pemimpin terpilih melaksanakan visi dan misi? Kapan mimpi rakyat yang termakan suara manis terwujud?

Terus? Rakyat nonton sajalah....

Begini cara untuk menekan angka kerakusan akan kekuasaan:

1. Samakan penghasilan pemimpin itu dengan standar UMR yang berlaku. Tidak ada tunjangan-tunjangan bonus, tanpa insentif pensiunan setelah lengser. Tidak ada rumah dinas, mobil dinas, ataupun fasilitas mewah lain. Dan beri sebutan 'upah' bukan gaji!
 Dari upah yang diterima, 10% disedekahkan lagi ke anak yatim dan kaum miskin. Ini juga harus diterapkan keseluruh jajarannya di pemerintahan.

2... dan seterusnya... isi sendiri!!!


Semoga suatu hari nanti ada pemimpin seperti khalifah. Atau... tetaplah bermimpi

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons